Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Begini Cara Diet Tetapi Masih Bisa Makan Enak

Banyak sekali metode diet di jagat maya yang bisa kalian baca, namun tidak semua metode tersebut bisa dipraktekkan. Misalnya, ada metode diet yang mengharuskan kalian mengkonsumsi makanan rebusan saja, tidak boleh ada gorengan yang masuk, padahal ini makanan favorit, jatuhnya−diet yang kalian lakukan menyiksa diri. Nah, kali ini saya akan bagikan cara diet tetapi masih bisa makan enak, sesuai pengalaman pribadi.

cara diet tetapi tetap bisa makan enak


Cara diet tetapi masih bisa makan enak

Pernah saya mendengar cerita dari seorang teman yang sedang menjalani diet ketat, dimana ia berpakem pada teori bahwa untuk menurunkan berat badan, ada beberapa makanan yang harus betul-betul dihindari, diantaranya nasi, gula, minyak, tepung-tepungan dan segala olahan turunannya.

apakah berhasil?

Sangat berhasil tentunya, pertanyaannya kemudian; apakah semua orang bisa menjalani diet semacam itu? Tentu tidak. Apabila tidak dibarengi niat dan tekad serius, maka program diet yang dijalankan besar kemungkinan tidak akan bertahan lama.

Dan lagi, banyak pengalaman dari beberapa orang yang sempat berhasil menjalani program diet kemudian berhenti di tengah jalan, berat tubuhnya akan mudah sekali naik.

Sekali lagi dapat disimpulkan, banyak metode diet yang kesemuanya memiliki kelebihan dan kekurangan, soal efektifitasnya kita sendiri yang menentukan.

Alasan Saya Diet

Tiga bulan lalu sejak artikel ini ditulis, saya terkena Demam Berdarah (DB). Padahal dulu ketika masih duduk di bangku SMK, saya pernah terkena DB yang mengharuskan opname selama seminggu di rumah sakit. Lha kok sekarang kena lagi.

Pada saat kemarin terkena DB, saya tanya-tanya sekalian kepada dokter tentang dugaan penyebab dan potensi DB yang saya alami.

Mafhum sebagaimana diketahui, penyebab utama dari DB adalah nyamuk jenis Aedes Aegypti. Namun kata dokter, ketika imun tubuh kita terjaga; saat terkena gigitan nyamuk, tidak kemudian serta-merta membuat kita terkena DB.

Bisa jadi, saat terkena gigitan nyamuk ini, kondisi imun tubuh saya sedang melemah, masuk lah tuh DB.

Dari penjelasan singkat dokter, saya menangkap pesan tentang pentingnya menjaga imun tubuh. Karena memang sebelumnya saya tidak begitu memperhatikan pola asupan makanan berimbang, kemudian jarang atau bahkan tidak pernah olahraga, dan pada saat itu berat badan saya mencapai 90 kg.

Singkatnya, alasan saya diet adalah kesehatan. Soal angka turun saat menimbang badan, pakaian yang sebelumnya digunakan terasa kurang nyaman sekarang menjadi lebih longgar; saya anggap itu bonus. Sekali lagi, yang terpenting adalah kesehatan.

Mindset semacam itu saya rasa akan membuat siapapun lebih enjoy selama menjalani program diet, tanpa harus terbebani target angka timbangan atau perut yang harus sixpack.

Konsisten Menjaga Waktu Makan

Metode diet yang saya terapkan OCD (Obsessive Corbuzier Diet), metode diet yang dipopulerkan Deddy Corbuzier sekitar tahun 2013-an.

OCD sebagaimana saya pahami yakni metode diet yang mengkombinasikan antara pengaturan pola jam makan (Intermittent Fasting) dan olahraga.

Berkaitan dengan pengaturan pola jam makan, sederhananya begini, dalam satu hari; selama 24 jam, ada jeda makan dimana pada jam tersebut kita dilarang mengkonsumsi makanan kecuali air putih, teh tawar, dan kopi pahit.

Prinsipnya, selama jam jeda makan, jangan sampai ada karbohidrat, protein, gula yang masuk dalam tubuh kita.

Mengapa demikian? Pasalnya pada saat perut kosong, secara alamiah tubuh akan mengambil lemak sebagai cadangan energi, sehingga proses inilah yang secara otomatis membakar lemak dan kalori pada tubuh.

Semakin lama jeda jam makan, maka lemak yang berkurang akan semakin banyak. Pun begitu, perlu diingat, tubuh tetap membutuhkan karbohidrat, protein, gula dan sebagainya agar kondisi tubuh tetap stabil.

Makanya, ada beberapa opsi jam jendela makan (waktu dimana kita boleh makan) yang bisa dipilih, mulai dari 12 jam makan, 10 jam makan, 8 jam makan, atau bahkan 4 jam makan.

Tinggal sesuaikan saja dengan kondisi tubuh dan tingkat mobilitas kita masing-masing. 

Maksudnya; misal jam kongkow-kongkow dengan teman, kolega, atau keluarga di rentan waktu jam 11-an siang sampai sore hari, maka jadikan waktu itu sebagai jendela makan, soalnya nggak enak juga kan yg lain makan, sedangkan kitanya nggak makan karena diet?

Enaknya metode OCD seperti ini, fleksibel. Kalau saya sendiri biasanya menentukan jam makan yakni antara 6-8 jam makan dalam 1 hari; 24 jam. Misalkan saya mengambil 6 jam makan, maka selama 19 jam tersisa dalam 1 hari saya puasa.

Sudah ada gambaran kan gimana nerapin OCD ini?

Sebagai tambahan catatan pembaca, berdasarkan pengalaman pribadi selama menerapkan metode diet ini :

  1. Selama jam puasa makan; kita bebas meminum air putih, teh tawar, kopi pahit, termasuk boleh merokok.
  2. Usahakan jangan mengawali jam makan pada pagi hari (sarapan), pasalnya pagi hari adalah waktu terbaik proses pembakaran lemak dan kalori, sayang kalau malah tubuh diisi karbohidrat.
  3. Tidak ada pantangan makanan, maksudnya kita boleh makan apapun (asal jangan rakus) di waktu buka jam makan.

Hasil Diet OCD

Setelah menjalankan pola OCD seperti di atas secara konsisten; meskipun nggak konsisten-konsisten banget sih, selama dua bulan penuh; berat badan saya yang sebelumnya mencapai 90 kg, alhamdulillah bisa turun menjadi 85 kg, ini nyata.

Pada saat artikel ini ditulis, saya sudah masuk bulan ke-3 dalam proses menjalani diet OCD. Kalau ada waktu, kapan-kapan akan saya update lagi berapa kg berat badan yang turun.

Setelah berat badan turun sebanyak 5 kg, sudah mulai tuh komentar-komentar dari orang sekitar muncul, seperti “weh, prosoku sampean kok maleh rodok cilik awake”, yang justru bisa menambah energi positif untuk terus konsisten menjalani proses diet.

Dan memang benar, banyak manfaat yang bisa saya rasakan setelah menjalani proses diet ini, misalnya; pakaian menjadi lebih longgar, badan terasa lebih ringan, yang awalnya badan sering pegal jadi lebih enak dan lain sebagainya.

Termasuk pencernaan, yang saya rasakan juga lebih lancar BAB. Barangkali karena faktor pemilihan makanan selama masuk jam makan; saya berusaha memenuhi gizi berimbang dalam menu yang saya konsumsi.

Meskipun bebas mengkonsumsi makan semi-junkfood seperti mie ayam dan bakso (memakai saos), saya tetap mengimbanginya dengan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan tentunya memperbanyak minum air putih.

Intinya, diet yang saya lakukan membuahkan hasil yang menggembirakan. Hanya dengan mengatur pola jam makan saja secara konsisten, saya bisa menurunkan berat badan sebanyak 5 kg selama dua bulan.

Perlu digaris bawahi ya, saya hanya menerapkan intermittent fasting saja, tanpa berolahraga. Seandainya intermittent fasting ini saya imbangi dengan berolahraga jenis cardeo atau angkat beban secara rutin, mungkin hasil diet akan lebih maksimal.

Begitulah cerita saya menurunkan berat badan dengan cara diet tetapi masih bisa makan enak. Bagaimana? Tertarik mencobanya?